Selasa, 01 Februari 2011

Nabi Nuh as,



NUH 
Beberapa abad setelah Nabi Idris a.s. wafat, penduduk Armenia mulai melupakan ajaran agama yang dibawa Nabi Idris a.s. Mereka kembali menyembah berhala karena bujukan iblis. Melihat kekufuran umat-Nya, Allah Swt. mengutus seorang nabi yang bernama Nuh untuk mengajak mereka kembali ke jalan yang benar. Nuh masih keturunan Nabi Adam a.s. dan Nabi Idris a.s. Ia menerima risalah kenabian pada usia 480 tahun dan berdakwah selama 5 abad. Namun karena kaumnya sangat keras kepala, ia hanya mendapat sedikit pengikut. Menyadari betapa keras kepala kaumnya, Nabi Nuh a.s. meminta agar Allah Swt. menimpakan azab kepada mereka. Allah Swt. mengabulkan permintaan Nabi Nuh a.s. dan memerintahkannya untuk membuat perahu bersama para pengikutnya. Setelah perahu selesai, turunlah azab Allah Swt. berupa banjir yang menenggelamkan seluruh kaum Nuh yang ingkar. Kisah Nabi Nuh a.s. ada di Al-Qur'an, antara lain dalam surah Nuh yang menjelaskan dakwah dan doa Nabi Nuh a.s. 
PERAHU 
Puluhan tahun Nabi Nuh a.s. berdakwah, tetapi umatnya tidak mau mengikuti ajarannya dan tetap menyembah berhala. Bahkan mereka sering kali menganiaya Nuh dan pengikutnya. Untuk itu Nuh meminta Allah Swt. supaya menurunkan azab bagi mereka. Allah Swt. mengabulkan permintaan Nuh. Agar umat Nuh yang beriman terhindar dari azab tersebut, Allah Swt. memerintahkan Nuh untuk membuat perahu. Bersama para pengikutnya, Nuh mengumpulkan paku dan menebang kayu besar dari pohon yang ia tanam selama 40 tahun. Melalui wahyu-Nya, Allah Swt. membimbing Nuh membuat perahu yang kuat untuk menghadapi serangan topan dan banjir. Perahu Nuh merupakan alat angkutan laut pertama di dunia. 
UMAT YANG KERAS KEPALA 
Umat Nabi Nuh adalah penyembah berhala pertama. Dalam Al-Qur'an surah Nuh ayat 23, disebutkan beberapa berhala yang mereka sembah, yaitu Wadd, Suwa, Yaghut, Ya'uq, dan Nasr. Nuh mengingatkan perbuatan umatnya. Namun mereka menutup telinga, bahkan menentang ajaran Nuh. Selama lima abad berdakwah, Nuh hanya mendapat 70-80 pengikut, itu pun berasal dari kalangan lemah. 
KELUARGA NUH A.S. 
Nabi Nuh a.s. merupakan keturunan kesembilan dari Nabi Adam a.s. dan ketiga dari Nabi Idris a.s. Ayahnya bernama Lamik bin Metusyalih bin Idris. Nabi Nuh a.s. hidup selama 950 tahun. Ia mempunyai istri bernama Wafilah dan empat orang putra, yaitu Syam, Khan, Yafits, dan Kan'an. 
ULUL AZMI 
Nabi Nuh a.s. termasuk salah satu rasul dalam kelompok ulul azmi (orang yang mempunyai kemauan yang kuat dan teguh), karena kesabarannya dalam menghadapi kaumnya. Ia berdakwah selama 5 abad. Ia menghadapi kaumnya dengan sabar dan bijaksana. Siang dan malam, ia terus berusaha mengajak mereka kembali beribadah kepada Allah Swt. 
KAN'AN 
Dari keempat putra Nabi Nuh a.s., hanya tiga orang yang selamat dari bencana banjir, karena taat serta mengikuti ajaran yang dibawa ayahnya. Adapun seorang lagi, yaitu Kan'an, tewas tenggelam karena azab Allah Swt. itu. Nabi Nuh merasa sedih karena anaknya tidak mau mengikuti ajarannya. Namun ia sadar bahwa putranya itu termasuk orang-orang kafir yang mendapat azab dari Allah Swt. 
DOA NUH 
Ketika air semakin tinggi, kapal Nabi Nuh a.s. mulai bergerak dan seisi kapal berdoa: 
"...Dengan menyebut nama Allah di waktu berlayar dan berlabuhnya. Sesungguhnya Tuhanku benar-benar Maha Pengampun lagi Maha Penyayang"(Q.11:41).
AZAB BANJIR 
Setelah perahu Nabi Nuh sempurna dibuat, turunlah perintah Allah Swt. agar Nuh bersama para pengikutnya segera naik ke perahu dengan membawa tiap pasang jenis hewan. Dengan izin Allah Swt., air tercurah dari langit dan memancar dari bumi. Banjir besar pun melanda kota, desa, daratan dan puncak bukit. Kaum Nabi Nuh yang ingkar pun ditelan banjir. Setelah banjir besar, langit berangsur- angsur cerah dan bumi mengisap air banjir. Perahu Nuh akhirnya berlabuh di Gunung Judie di sekitar Sungai Mausul, Irak. 
HIDUP BARU 
Setelah banjir besar, Nabi Nuh a.s. dan para pengikutnya keluar dari kapal. Mereka mengucapkan puji syukur kepada Allah Swt. yang telah menyelamatkan mereka dari azab banjir. Tak lama setelah itu, kaum Nuh membangun perkampungan di tempat yang baru. Mereka lalu berkembang biak, sehingga pengikut Nuh semakin banyak. Keturunan mereka kemudian ada yang merantau meninggalkan tempat itu dan mencari tempat baru. Konon, mereka pindah ke tempat yang kini menjadi daratan Eropa dan Afrika. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar